.
PERAN “KECIL” ORANG KOTAGEDE
DALAM PERISTIWA BESAR MENJELANG DAN
DIAWAL KEMERDEKAAN INDONESIA
Pada sidang BPUPKI (Badan Penyelenggara Urusan Persiapan Kemerdekaan Indonesia), menugaskan 9 orang anggotanya yang terdiri dari: Ir. Soekarno, Drs. Mohammad Hatta, Mr. AA Maramis, Abikoesno Tjokrosoejoso, Abdoelkahar Moezakkir, Haji Agus Salim, Mr. Achmad Soebardjo, Wachid Hasyim, Mr. Muhammad Yamin untuk menyusun teks proklamasi kemerdekaan yang direncanakan bulan September 1945, sebagaimana yang dijanjikan oleh Jepang. Rancangan teks proklamasi tersebut diselesaikan dan ditandatangani pada 22 Juni 1945. Hasilnya dilaporkan dan disetujui oleh sidang BPUPKI pada tanggal 10 Juli 1945.
Tapi Allah berkehendak lain dalam mengatur jalannya sejarah, 8-9 Agustus 1945 Hiroshima dan Nagasaki dibom atom oleh Amerika dan sekutunya, dengan korban ratusan ribu penduduk sipil dan trauma radioaktif yang sampai sekarang masih mempengaruhi penduduknya. Jepang menyerah kalah. Berita itu, dalam kondisi komunikasi belum secepat sekarang, segera ditangkap peluangnya oleh para pemuda antara lain: Sayuti Melik, Sukarni, Adam Malik dll yang membawa Bung Karno dan Bung Hatta ke Rengasdengklok tanggal 16 Agustus 1945. Disana Bung Karno dan Bung Hatta di”paksa” agar segera memproklamasikan kemerdekaan RI tidak usah menunggu September, karena Jepang telah kalah da nada kemungkinan ingkar janji.
Akhirnya Bung Karno menulis teks proklamasi baru yang ditulis tangan dan penuh coretan yang berbunyi: “Kami Bangsa Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia, hal hal yang mengenai pemindahan kekuasaan dan lain lain diselenggarakan dengan cara saksama dan dalam tempoh sesingkatsingkatnya. Atasnama Bangsa Indonesia SUKARNO HATTA” Teks itu kemudian diketik ulang oleh Sayuti Melik. Teks tulisan tangan sempat oleh Bung Karno diremas dan dibuang ketempat sampah. Tapi secara diamdiam diambil oleh Sukarni, kelak tindakan Sukarni itu telah menyelamatkan dokumen sejarah yang sangat penting. Akhirnya pada 17 Agustus 1945 pk 10 Waktu Jawa, Proklamasi Kemerdekaan dibacakan di Pegangsaan, persis bulan Ramadhan.Pada sidang PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) teks proklamasi yang direncanakan dan ditandatangani 9 orang tersebut akan dijadikan mukadimah undang undang dasar. Tapi ternyata ada usulan atau lebih tepatnya lobi politik, agar ada perubahan dalam kalimat Negara berdasar Ketuhanan dengan menjalankan syariat Islam bagi para pemeluknya harus diubah, sebab kalau tidak, ada rumor Indonesia Timur akan bikin Negara sendiri. Akhirnya berdasar usulan Ki Bagus Hadikusumo diganti dengan Ketuhanan Yang Maha Esa, menghormati kemajemukan namun juga tidak menyakiti aqidah Islam. Abdulkahar Mudzakir, Wahid Hasyim, dan lain lain setuju. Teks proklamasi yang direncanakan itu akhirnya dikenal sebagai Piagam Jakarta
Piagam Jakarta nyaris menjadi mukadimah Undang-undang Dasar 1945, kemudian menjadi Pembukaan U U D tersebut dengan perubahan pada kalimat Hukum Dasar menjadi Undang-undang Dasar dan perubahan kalimat berdasar Ketuhanan dengan menjalankan syari’at Islam bagi para pemeluknya menjadi Ketuhanan Yang Maha Esa.
Sebagai kompensasi dari dihapuskannya tujuh kata tersebut tg 3 Januari 1946, dibentuk Kementrian Agama yang secara tersirat sebenarnya mengatur secara formal kenegaraan syariat Islam bagi para pemeluknya. Pada waktu itu Bung Karno sebenarnya menawarkan jabatan Menteri Agama kepada Abdulkahar Mudzakir, tapi beliau menolaknya, dan mengatakan: “Saya punya teman dan masih saudara
yang amat pintar dan pantas untuk menjadi Menteri. Dia adalah lulusan universitas Sorbonne Perancis”. Yang dimaksud oleh Abdulkahar adalah Rasjidi Atmosudigdo yang samasama dari KOTAGEDE menjadi Menteri Agama RI yang pertama. Pada waktu itu usia Rasjidi baru 31 tahun, sedangkan Abdulkahar 36 tahun. Bung Karno sendiri berusia pada waktu itu 45 tahun. Usia yang relative muda sebagai pemimpin Republik Indonesia yang masih muda. Bahkan sesungguhnya Menteri Kehakiman pada waktu itu juga ditawarkan pada Mr Kasmat Bahoewinangoen, tapi beliau juga menolaknya.
Abdulkahar Mudzakir, Rasjidi Atmosudigdo, Kasmat Bahoewinangoen adalah orang Kotagede yang ikut berperan dalam lahirnya Republik Indonesia, mungkin tidak “besar” tapi keikutsertaan merekalah yang membuat kita yang hidup sekarang ini bangga dan terhormat sebagai BANGSA YANG MERDEKA.
#sumber buku notulen sidang bpupki dan ppki yang diterbitkan secretariat Negara RI dan cerita dari tokoh2 kotagede semasa hidupnya. (*ACZ)
Comments
Post a Comment